Buletin Peternakan Vol. 35(2): 137-142,
Juni 2011 ISSN 0126-4400
PERILAKU KONSUMEN
DALAM PEMBELIAN BAKSO DI MALANG
THE CONSUMERS`
BEHAVIOR IN PURCHASING MEATBALLS IN MALANG
Budi Hartono*, Umi
Wisapti Ningsih, dan Nila Fithria Septiarini
Fakultas Peternakan,
Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang, Jawa Timur
INTISARI
Penelitian
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik dan faktor yang
mempengaruhi pembelian
bakso sapi di Malang.
Penelitian dilakukan di Malang, Jawa Timur pada bulan Maret 2011. Jumlah
responden sebanyak
120 konsumen yang
dipilih secara Accidental Sampling.
Data dianalisis dengan cara deskriptif dan analisis faktor. Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar responden melakukan pembelian bakso adalah
perempuan, berstatus
pelajar, mempunyai
umur di bawah 35 tahun, pendapatan individu yang diperoleh antara Rp.
1.000.000,00 sampai Rp.
2.000.000,00 per
bulan dan harga bakso dikategorikan terjangkau oleh konsumen. Pola mengkonsumsi
bakso bukan
sebagai makanan pokok
tetapi sebagai kuliner, hobi, dan makanan camilan. Delapan faktor yang
dipertimbangkan
responden secara
berurutan adalah harga, kelas sosial, kemudahan mencapai lokasi, parkir,
tampilan penyajian,
kepuasan, pendapatan,
dan demografi.
(Kata kunci: Perilaku
konsumen, Faktor yang dipertimbangkan, Bakso)
ABSTRACT
The objective of this research were to
analyzed the characteristics and the factors influencing the purchasing of
meatballs in Malang. The research was
conducted in Malang, East Java in March 2011. One hundred and twenty
consumers were chosen as respondents by
Accidental Sampling method. Data were analyzed by descriptive and factor
analyses. The results showed that most
customers were women, student status, with the age below 35 years old, and
incomes level of IDR 1.000.000,00 into IDR
2.000.000,00 per month. The meatball`s price was affordable by the
consumers. The meatball`s purchasing
patterns showed that the meatball was consumed not as a main meal but only for
culinary, hobby and also as snacks. The
eight factors considered by consumers of meatball purchasing consecutively
were price, social class, accessibility,
parking, display presentation, satisfaction, income and demographics,
respectively.
(Key words: Consumer`s behavior,
Considerance factor, Meatball)
Pendahuluan
Kota Malang juga dikenal sebagai kota
Bakso
selain kota Apel. Bakso merupakan
makanan
daging sapi yang dicampur dengan terigu
yang
dimasak dengan proses tertentu untuk
dikonsumsi.
Bakso sangat populer dan digemari semua
kalangan
dengan harga yang bervariasi dan
terjangkau oleh
konsumen. Tarwotjo et al. (1971) menjelaskan
bahwa bakso daging sapi merupakan sumber
protein
hewani karena daging sapi mengandung
protein
yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Usaha
bakso membutuhkan tenaga kerja mulai
dari lokasi
penggilingan, sampai daerah produsen dan
pemasaran.
Bakso dibuat menggunakan daging segar
agar dihasilkan bakso yang kenyal dan
kompak.
Bahan baku bakso umumnya berasal dari
daging
_________________________________
* Korespondensi (corresponding author):
Telp. +62 815 689
5246
E-mail:
budihartono_ub@yahoo.com
paha belakang sapi, akan tetapi dapat
juga dibuat
dari bagian karkas lainnya.
Usaha bakso dapat digolongkan sebagai
usaha kecil. Parubak et al. (2004) menjelaskan
bahwa usaha kecil mempunyai peranan
penting dan
strategis dalam mewujudkan pembangunan
nasional.
Usaha kecil merupakan usaha yang
ditekuni
oleh sebagian besar masyarakat dan
merupakan
usaha yang mampu memperluas lapangan
kerja dan
memberikan pelayanan yang luas kepada
masyarakat.
Pemerintah terus berupaya membina
kelompok
usaha kecil agar menjadi usaha yang
semakin efisien dan mampu berkembang
mandiri
dan dapat membuka lapangan kerja baru.
Dua faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan konsumen dalam melakukan
pembelian
yaitu faktor internal dan faktor
eksternal
(Asseal, 1992). Faktor eksternal terdiri
dari faktor
137
lingkungan dan strategi bauran
pemasaran. Faktor
lingkungan terdiri dari faktor budaya,
referensi dan
kelas sosial. Strategi bauran pemasaran
terdiri dari
produk, harga, promosi, dan distribusi.
Faktor
internal terdiri dari faktor gagasan dan
karakteristik
konsumen. Faktor internal dan eksternal
dalam
interaksinya dapat mempengaruhi perilaku
konsumen
baik secara individual maupun secara
bersama-sama.
Konsumen melakukan pembelian tidak
terlepas dari karakteristik produk baik
mengenai
penampilan, gaya, mutu dan harga dari
produk
tersebut. Penetapan harga oleh penjual
akan berpengaruh
terhadap perilaku pembelian konsumen,
sebab harga yang dapat dijangkau oleh
konsumen
akan cenderung membuat konsumen
melakukan
pembelian terhadap produk tersebut.
Karakteristik
penjualan bakso akan mempengaruhi
keputusan
membeli. Konsumen akan menilai mengenai
penjual, baik mengenai pelayanan,
mudahnya memperoleh
produk dan sikap ramah dari penjual
(Tedjakusuma et al., 2001).
Penjual bakso harus memahami keinginan
konsumen dengan cara mempelajari
perilaku
konsumen agar konsumen bersedia membeli
baksonya. Pemahaman perilaku konsumen
yang
baik dan tepat diharapkan akan
mengembangkan
kegiatan pemasarannya. Penjual bakso
daging perlu
mengenal konsumen, sasaran dan model
keputusan
yang dilakukan oleh konsumen, sehingga
penjual
bakso daging mengetahui motif konsumen
dalam
menilai bakso daging yang sesuai dengan
hati
nuraninya. Analisis faktor digunakan
untuk
menentukan urutan faktor yang
dipertimbangkan
oleh konsumen dalam membeli bakso daging
di
Kota Malang, sehingga perlu dilakukan
penelitian
agar penjual bakso dapat mempertahankan
eksistensinya.
Materi dan Metode
Penelitian dilakukan dengan metode
survei di
Kota Malang dengan pertimbangan bahwa
Kota
Malang dikenal sebagai Kota Bakso.
Pengambilan
data dilaksanakan pada bulan Maret 2011
di lima
lokasi terbesar yang diambil secara purposive
sampling yaitu Bakso Solo Kidul Pasar, Bakso Kota
Cak Man, Bakso Bakar Pahlawan Trip,
Bakso
Presiden dan Bakso Duro Kepanjen. Jumlah
sampel
sebanyak 120 responden yang diambil
secara
Accidental Sampling. Pengumpulan data primer
dengan melakukan tanya jawab dengan
responden
berdasarkan kuesioner yang telah
dipersiapkan.
Analisis statistik deskriptif digunakan
untuk
mendiskripsikan karakteristik responden
yang
diteliti serta distribusi item dari tiap
variabel dalam
angka persentase. Analisis faktor
digunakan untuk
menentukan urutan faktor yang
dipertimbangkan
oleh konsumen dalam membeli bakso. Jenis
data
yang digunakan analisis faktor adalah
data ordinal
dan skala pengukuran yang digunakan
adalah skala
Likert.
Hasil dan Pembahasan
Gambaran umum
responden
Hasil survei menunjukkan bahwa usia
konsumen yang mendominasi adalah
kelompok usia
16–25 tahun sebanyak 62,5% dan usia 26–35
tahun
sebanyak 25,83% (Tabel 1). Kelompok usia
ini
tergolong usia produktif sehingga
memerlukan
kandungan nutrisi yang cukup bagi tubuh
dan
perlunya menjaga kesehatan. Konsumen
pada usia
muda (remaja) dipengaruhi oleh aktifitas
yang
ditekuninya, teman-teman, dan penampilan
dari
generasi tersebut. Usia responden diatas
45 tahun
lebih sedikit dikarenakan pada usia ini
seseorang
lebih berhati-hati dalam memilih dan
mengkonsumsi
makanan yaitu lebih memilih makanan
yang terbuat dari sayur-mayur (Kasali,
1998 cit.
Hermanianto dan Andayani, 2002).
Hasil survei menunjukkan (Tabel 2) bahwa
responden perempuan (53,33%) lebih
banyak
dijumpai dibanding laki-laki (46,67%)
karena
perempuan mempunyai kecenderungan senang
berkumpul dan sering secara bersama-sama
membeli
atau jajan bakso dengan tidak
direncanakan.
Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda
dengan hasil
penelitian Hermanianto dan Andayani
(2002) yang
menjelaskan bahwa pembeli bakso lebih
didominasi
kaum perempuan karena perempuan
mempunyai
kecenderungan lebih senang berbelanja,
mudah
terpengaruh oleh emosi dan menyukai
jajan atau
ngemil. Alasan ini yang melatarbelakangi
wanita
sebagai konsumen terbesar bakso sapi.
Tabel 1.
Karakteristik responden berdasarkan usia
(characteristics of respondents by the age)
Usia (tahun) (age (years))
Persentase (percentage)
16 – 25 62,50
26 – 35 25,83
36 – 45 9,17
46 – 55 1,67
56 – 65 0,83
Jumlah (total) 100,00
Tabel 2.
Karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin (characteristics of respondents by sex)
Jenis kelamin (sex) Persentase (percentage)
Laki-laki (male) 46,67
Perempuan (female) 53,33
Jumlah (total) 100,00
138
Kelompok sasaran berdasarkan pendidikan
yang ditempuh konsumen menunjukkan bahwa
sebanyak 44,17% responden memiliki
pendidikan
akhir SMU dan 39,17% responden memiliki
pendidikan
akhir sarjana (Tabel 3), sehingga
sebagian
besar konsumen adalah berpendidikan
tinggi dan
terpelajar. Pendidikan sebagai faktor
psikologis
yang berpengaruh terhadap jenis dan mutu
bahan
makanan yang akan dikonsumsi. Hal ini
memperlihatkan
bahwa tingkat pemahaman dan pengetahuan
seseorang tentang pentingnya kandungan
gizi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
(Kasali,
1998 cit. Hermanianto dan Andayani, 2002).
Data berdasarkan alasan konsumen membeli
bakso menunjukkan bahwa mayoritas
konsumen
mengkonsumsi bakso karena bukan sebagai
makanan
utama (3,33%) tetapi sebagai kuliner,
hobi,
makanan camilan (Tabel 4). Konsumen
membeli
bakso kuah umumnya dicampur dengan
makanan
lain seperti gorengan, tahu atau sedikit
mie basah.
Responden membeli bakso biasanya di
tempat terkenal
dan memiliki rasa yang sesuai dengan
selera
konsumen.
Produk bakso tetap digemari oleh
konsumen.
Karakteristik utama responden dalam
membeli
bakso adalah daya beli konsumen yang
dapat diperhatikan
dari penghasilan yang diperoleh konsumen
setiap bulan. Kebanyakan konsumen
membeli bakso
selain memperhatikan harga juga
memperhatikan
cara penyajian yang cepat dan praktis.
Rerata harga
bakso satu porsi di Malang Rp. 5.000,00.
Hasil
survei menunjukkan bahwa harga satu
porsi bakso
tersebut adalah sedang (Tabel 5) atau
cukup yang
berarti tidak terlalu mahal ataupun
tidak terlalu
murah, sedangkan bakso tersebut dianggap
konsumen
bukan sebagai makanan utama.
Analisis faktor
Hasil analisis faktor perilaku konsumen
dalam pembelian bakso di Malang
menghasilkan 8
faktor yang terbentuk (Tabel 7). Tabel 7
memperlihatkan
bahwa faktor-faktor yang terbentuk
merupakan faktor yang dipertimbangkan
konsumen
dalam pembelian bakso di Malang sebesar
63,76%
dan sisanya sebesar 37,14% merupakan
faktorfaktor
yang tidak terlalu dipertimbangkan oleh
konsumen. Untuk lebih jelasnya akan
dibahas
interpretasi tiap faktor dari kedelapan
faktor yang
terbentuk (Tabel 7).
Faktor persepsi konsumen merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen
dalam membeli produk bakso daging sapi
memiliki
persentase varian sebesar 16,69% dan
merupakan
urutan pertama yang dipertimbangkan oleh
konsumen
karena mempunyai nilai Eigen Value terbesar
yaitu 3,672. Variabel yang memiliki factor
loading terbesar pada persepsi konsumen adalah
variabel harga yaitu sebesar 0,717 yang
artinya
variabel harga memiliki korelasi sangat
kuat
terhadap faktor persepsi konsumen.
Responden
Tabel 3.
Karakteristik responden berdasarkan
pendidikan (characteristics of respondents by
education)
Tabel 4.
Karakteristik responden berdasarkan alasan
mengkonsumsi bakso (characteristics of respondents
by reasons consuming meatballs)
Tabel 5.
Karakteristik responden berdasarkan harga
(characteristics of respondents by price)
Tabel 6.
Karakteristik responden berdasarkan
pendapatan (characteristics of respondents by income)
Pendidikan (education)
Persentase
(percentage)
SD/Sederajat (elementary school)
0,83
SMP/Sederajat (junior high school)
5,83
SMU/Sederajat (senior high school)
44,17
Akademi/Sederajat (academy) 10,00
Sarjana (under/graduate school)
39,17
Jumlah (total) 100,00
Alasan mengkonsumsi
bakso
(reason consuming meatballs)
Persentase
(percentage)
Makanan utama (the main food)
3,33
Makanan camilan (snack foods)
31,67
Hobi (hobby) 31,67
Kuliner (culinary) 33,33
Jumlah (total) 100,00
Harga (price)
Persentase
(percentage)
Sangat mahal (very expensive)
3,33
Mahal (expensive)
13,33
Sedang (medium) 57,50
Murah (cheap) 19,17
Sangat murah (very cheap)
6,67
Jumlah (total) 100,00
Pendapatan (Rp) (income (Rp))
Persentase
(percentage)
< 500.000 21,67
500.000 – 1.000.000
13,33
1.000.001 – 1.500.000
28,33
1.500.001 – 2.000.000
24,17
> 2.000.000 12,50
Jumlah (total) 100,00
139
Budi Hartono et al. Perilaku Konsumen
dalam Pembelian Bakso di Malang
Tabel 7. Analisis
faktor perilaku konsumen dalam pembelian bakso (factor analysis of consumer behavior in
purchasing meatballs)
Faktor (factor) Variabel (variable) Eigen value Loading factor %
Persepsi konsumen
(consumer perception)
-Kepercayaan (confidence)
-Produk terkenal (famous products)
-Ukuran produk (size of product)
-Harga (price)
3,672
0,429
0,551
0,675
0,717
16,69
Lingkungan
(environment)
-Kebudayaan (culture)
-Kelas sosial (social class)
-Kelompok sosial (social groups)
2,048
0,680
0,741
0,729
9,31
Referensi (reference)
-Pengetahuan (knowledge)
-Faktor promosi (promoting factor)
-Kemudahan mencapai
lokasi (ease of reaching
the location)
1,915
0,577
0,623
0,814
8,71
Kepedulian produsen
(concern manufacturer)
-Kenyamanan (convenience)
-Tempat parkir (the parking lot)
-Kebersihan tempat (hygiene place)
-Pelayanan produsen (producer service)
1,529
0,486
0,780
0,758
0,482
6,95
Karakteristik produk
(characteristics of
product)
-Tampilan penyajian (view presentation)
-Rasa dan tekstur (the taste and texture)
1,526
0,924
0,609 6,94
Pengalaman (experience)
-Kepuasan sebelumnya (previous satisfaction)
-Hobi (hobbies) 1,246
0,798
0,588 5,66
Kepuasan konsumen
(consumer satisfaction)
-Pendapatan (revenue)
-Kepribadian (personality)
1,054
0,748
0,716 4,79
Karakteristik
konsumen
(characteristics of
consumers)
-Demografi (demographics)
1,036 0,767 4,71
Jumlah (total) 63,76
mempertimbangkan harga bakso karena
menurut
penilaian responden tingkat harga akan
mempengaruhi
jumlah pembelian suatu produk yang
akan dikonsumsi. Hal tersebut diperkuat
dengan
penilaian harga tidak terlalu mahal
untuk setiap
porsi bakso adalah Rp. 5.000,00 yang
termasuk
kategori sedang (57,5%) (Tabel 5),
sehingga apabila
harga bakso terlalu tinggi maka
responden akan
mempertimbangkan ulang sebelum membeli
produk
tersebut.
Faktor lingkungan memiliki persentase
varian
sebesar 9,310% dan memiliki urutan kedua
faktor
yang dipertimbangkan oleh konsumen
dengan nilai
Eigen Value terbesar yaitu 2,048. Variabel yang
memiliki factor loading terbesar pada faktor
lingkungan adalah variabel kelas sosial
sebesar
0,741 yang artinya bahwa variabel kelas
sosial
memiliki korelasi kuat terhadap faktor
lingkungan,
sedangkan variabel yang memiliki factor loading
terkecil adalah variabel kebudayaan
sebesar 0,680
yang artinya bahwa variabel kebudayaan
memiliki
korelasi paling lemah jika dibandingkan
dengan
kedua variabel lain yang mendukung pada
faktor
lingkungan.
Kebudayaan tidak terlalu dipertimbangkan
oleh responden, dikarenakan responden
membeli
produk bakso bukan karena adat atau
kebiasaan
masyarakat tertentu untuk mengkonsumsi
produk
ini. Produk ini bukan menjadi makanan
utama bagi
responden. Hal ini diperkuat dengan
penilaian
responden bahwa produk bakso bukan
menjadi
makanan utama hanya 3,33% (Tabel 5).
Produk ini
dikonsumsi hanya sebagai kuliner, hobi,
dan
makanan camilan.
Kelas sosial responden mempertimbangkan
untuk membeli produk bakso tersebut.
Tingkat
penghasilan responden sangat berpengaruh
terhadap
pembelian produk bakso. Penghasilan yang
lebih
akan mempengaruhi kemudahan responden
untuk
membeli produk tersebut. Hal ini
diperkuat dengan
data responden yang memiliki penghasilan
Rp. 1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00
sebanyak
52,50% (Tabel 6) akan membeli produk
tersebut
lebih mudah karena menganggap produk
tersebut
memiliki harga yang relatif terjangkau.
Faktor referensi memiliki persentase
varians
sebesar 8,707% merupakan faktor urutan
ketiga
yang dipertimbangkan oleh konsumen
dengan nilai
140
Buletin Peternakan Vol. 35(2): 137-142,
Juni 2011 ISSN 0126-4400
Eigen Value terbesar yaitu 1,915. Variabel yang
memiliki factor loading terbesar adalah variabel
kemudahan mencapai lokasi sebesar 0,814
yang
artinya bahwa variabel kemudahan
mencapai lokasi
memiliki korelasi kuat terhadap faktor
referensi.
Faktor yang menyebabkan perilaku
pembelian
seseorang bisa juga dipengaruhi oleh
referensi kelompok. Referensi kelompok
adalah
kelompok sosial yang menjadi ukuran
seseorang
(bukan anggota kelompok tersebut)
untuk membentuk
kepribadian dan perilakunya
(Sudarmiatin,
2009). Tingkat pengetahuan yang kurang pada
responden terhadap lokasi-lokasi
pemasaran produk
bakso menjadi pertimbangan konsumen
untuk
menerima pendapat atau masukan-masukan
yang
diberikan oleh orang-orang disekitar
responden.
Faktor promosi disini sangat berpengaruh
terhadap
keputusan pembelian produk tersebut oleh
responden.
Faktor promosi salah satunya yaitu
tentang
kemudahan mencapai lokasi produk
tersebut dipasarkan.
Kemudahan mencapai lokasi tersebut
sangat dipertimbangkan responden untuk
membeli
produk tersebut, karena apabila lokasi
tersebut sulit
dijangkau maka responden akan memilih
lokasi
yang lainnya.
Faktor kepedulian produsen memiliki
persentase
varians sebesar 6,951% dan memiliki
urutan
keempat faktor yang dipertimbangkan oleh
konsumen
dengan nilai Eigen Value terbesar yaitu
1,529. Variabel yang memiliki factor loading terbesar
adalah variabel tempat parkir sebesar
0,780
yang artinya bahwa variabel tempat
parkir memiliki
korelasi kuat terhadap faktor kepedulian
produsen.
Tempat parkir pada lokasi penjualan
produk
sangat dipertimbangkan oleh responden,
karena
konsumen akan lebih merasa nyaman jika
pada saat
menikmati bakso, kendaraan yang diparkir
terletak
pada tempat yang aman dan diawasi oleh
petugas
parkir. Sulistyawati (2004), menyatakan bahwa
tersedianya
sarana parkir yang memadai dan aman
merupakan faktor yang mempengaruhi
konsumen
dalam pembelian suatu produk, karena hal
ini dapat
memberikan keamanan dan kenyamanan
terutama
dari gangguan pengamen, pedagang asongan
dan
pengemis.
Kebersihan tempat juga dipertimbangkan
oleh responden, karena lokasi yang
bersih, sarana
dan prasarana yang bersih, serta
sirkulasi udara
yang lancar akan menambah nafsu makan
responden.
Kebersihan tempat merupakan salah satu
yang harus diperhatikan oleh pemilik
usaha produk
tersebut dikarenakan apabila tempat
penyajian
produk tidak bersih akan menyebabkan
penyebaran
penyakit yang ditularkan oleh konsumen
kepada
konsumen yang lainnya.
Faktor karakteristik produk memiliki
persentase
varian sebesar 6,938%. Variabel tampilan
penyajian
memiliki factor loading terbesar 0,924
bahwa variabel tampilan penyajian
memiliki
korelasi kuat terhadap faktor
karakteristik produk.
Tampilan penyajian suatu produk sangat
dipertimbangkan oleh responden dalam
membeli
bakso daging sapi. Penyajian produk yang
diberikan
pada responden kurang menarik akan
mengurangi selera makan responden begitu
juga
sebaliknya jika penyajian produk
terlihat menarik
maka responden akan bertambah selera
makan.
Tampilan penyajian suatu produk sangat
berkaitan
dengan rasa dan tekstur produk yang
disajikan.
Faktor pengalaman memiliki persentase
varian sebesar 5,663%. Variabel yang
memiliki
factor loading terbesar adalah variabel kepuasan
sebelumnya sebesar 0,798 yang artinya bahwa
variabel kepuasan sebelumnya memiliki
korelasi
kuat terhadap faktor pengalaman.
Kepuasan pembelian produk sebelumnya
merupakan salah satu hal yang sangat
dipertimbangkan
oleh responden dalam pembelian produk
tersebut. Hal ini dikarenakan pengalaman
pembelian
produk sebelumnya akan menjadi kesan
tersendiri bagi para responden. Apabila
responden
merasa puas pada saat membeli produk
sebelumnya
maka responden akan membeli produk
tersebut
kembali. Selain itu hobi merupakan suatu
hal yang
berpengaruh terhadap responden dalam
pembelian
produk tersebut karena produk bakso
daging sapi
merupakan makanan yang banyak digemari
oleh
berbagai kalangan masyarakat sehingga
banyak
responden yang membeli produk tersebut
karena
kesenangan atau hobi mengkonsumsi produk
tersebut.
Faktor kepuasan konsumen memiliki
persentase
varian sebesar 4,790%. Variabel yang
memiliki
factor loading terbesar adalah variabel pendapatan
sebesar 0,748 yang artinya bahwa
variabel ini memiliki
korelasi kuat terhadap faktor kepuasan
konsumen.
Pendapatan berkaitan dalam
mempertimbangkan
pembelian produk bakso. Responden yang
memiliki
pendapatan lebih banyak cenderung
memiliki
kepribadian yang boros atau lebih mudah
menghambur-hamburkan uang untuk
mendapatkan
kepuasan, sehingga responden lebih
banyak membeli
produk tersebut untuk memenuhi kepuasan
mengkonsumsi produk tersebut. Sebaliknya
jika
responden berpenghasilan lebih sedikit
cenderung
memiliki kepribadian yang lebih
terkendali
sehingga para responden tidak hanya
memikirkan
kepuasan semata. Sulistyawati (2004)
menyatakan
bahwa tingkat pendapatan juga mempunyai
pengaruh terhadap keputusan pembelian
konsumen.
Pendapatan yang dimaksud disini adalah
pendapatan
individu konsumen. Pendapatan menjadi
hal yang sangat penting karena keputusan
pem-
141
Budi Hartono et al. Perilaku Konsumen
dalam Pembelian Bakso di Malang
belian erat kaitannya dengan tingkat
pendapatan
seseorang dan pengeluaran seseorang.
Semakin
tinggi tingkat pendapatan seseorang
cenderung
semakin tinggi pula pengeluaran yang
dilakukan.
Faktor karakteristik konsumen memiliki
persentase
varian sebesar 4,708% dan merupakan
urutan kedelapan yang dipertimbangkan
oleh konsumen
karena mempunyai nilai Eigen Value terbesar
yaitu 1,036. Variabel demografi sudah
pasti
memiliki factor loading terbesar karena variabel
demografi merupakan variabel
satu-satunya yang
diwakili faktor karakteristik konsumen
yaitu sebesar
0,767 yang artinya bahwa variabel
demografi memiliki
korelasi yang sangat kuat terhadap
faktor
karakteristik konsumen.
Demografi konsumen didekati dengan
variabel-variabel seperti usia, jenis
kelamin, pendidikan,
dan pendapatan. Responden wanita
cenderung lebih senang berbelanja, mudah
terpengaruh
oleh emosi, dan menyukai jajan atau
makanan camilan.
Kesimpulan
Sebagian besar responden yang melakukan
pembelian bakso adalah perempuan,
berstatus
pelajar, mempunyai umur di bawah 35
tahun,
pendapatan individu yang diperoleh
antara
Rp. 1.000.000,00 sampai Rp. 2.000.000,00
per
bulan dan harga bakso Rp. 5.000,00
seporsi dapat
dikategorikan terjangkau. Pola
mengkonsumi bakso
bukan sebagai makanan pokok tetapi
sebagai
kuliner, hobi, dan makanan camilan.
Delapan faktor
yang dipertimbangkan responden secara
berurutan
adalah harga, kelas sosial, kemudahan
mencapai
lokasi, parkir, tampilan penyajian,
kepuasan, pendapatan,
dan demografi.
Daftar Pustaka
Asseal, H. 1992. Consumer Behavior and
Marketing Action. New York: PWS-KENT.
Publishing Company, Boston.
Hermanianto, J. dan R.Y. Andayani. 2002.
Studi
perilaku konsumen dan identifikasi
parameter
bakso sapi berdasarkan preferensi
konsumen
di wilayah DKI Jakarta. Jurnal Teknologi
dan
Indutri Pangan 13(1): 1-10.
Parubak, B., A. Thoyib, dan A. Suman.
2004.
Faktor faktor yang dipertimbangkan
konsumen
dalam pembelian kain donggala di
Kotamadya Palu. Kumpulan Artikel Seminar
Hasil Penelitian. Bidang Kajian Perilaku
Konsumen. Program Magister Manajemen.
Pascasarjana, Universitas Brawijaya.
Malang.
Hal. 1-12.
Sudarmiatin. 2009. Model perilaku
konsumen
dalam perspektif teori dan empiris
pada jasa
pariwisata. Jurnal Ekonomi Bisnis
14(1): 1-
11.
Sulistyawati, E. 2004. Analisis faktor
faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam
keputusan pembelian produk patung kayu
pada toko kerajinan di Kecamatan
Sukawati,
Gianyar, Bali. Kumpulan artikel Seminar
Hasil Penelitian. Bidang kajian Perilaku
Konsumen. Program Magister Manajemen
Universitas Brawijaya Malang. Hal.
67-84.
Tedjakusuma, R., S. Hartini, dan
Muryani. 2001.
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen dalam pembelian air
minum mineral di Kotamadya Surabaya.
Jurnal Penelitian Dinamika Sosial 2(3):
48-
58.
Tarwotjo, I., S. Hartini, S. Soekirman,
dan
Soekarno. 1971. Komposisi Tiga Jenis
Bakso. Akademi Gizi, Jakarta.
142
Analisis Jurnal
Analisis Jurnal
Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui karakteristik dan faktor yang mempengaruhi pembelian
bakso sapi di Malang. Penelitian
dilakukan di Malang, Jawa Timur pada bulan Maret 2011. Jumlah responden
sebanyak 120 konsumen yang dipilih secara acak. Data dianalisis dengan cara deskriptif
dan analisis faktor. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden melakukan pembelian bakso adalah perempuan, berstatus pelajar,
mempunyai umur di bawah 35 tahun, pendapatan individu yang diperoleh antara Rp.
1.000.000,00 sampai Rp. 2.000.000,00 per bulan dan harga bakso dikategorikan
terjangkau oleh konsumenyaitu dengan harga 5.000 setiap porsinya. Pola
mengkonsumsi bakso bukan sebagai makanan pokok tetapi sebagai kuliner, hobi,
dan makanan camilan. Delapan faktor yang dipertimbangkan responden secara
berurutan adalah harga, kelas sosial, kemudahan mencapai lokasi, parkir,
tampilan penyajian, kepuasan, pendapatan, dan demografi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar